ISPA

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT


Apa Yang Anda Ketahui tentang ISPA? 
Penyakit ISPA sering terjadi di kalangan masyarakat, tak terkecuali pada anak - anak. jadi apa sebenarnya penyakit ISPA tersebut ?
Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai ISPA adalah infeksi yang mengganggu proses pernafasan seseorang. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea (pipa pernafasan), atau bahkan paru-paru.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak – anak tak hanya di Indonesia namun juga hampir diseluruh dunia. ISPA menyebabkan angka kematian pada bayi dan anak – anak meningkat. Pada kejadian ISPA tak hanya satu patogen atau penyakit yang menyerang anak – anak, biasanya terdapat dua atau lebih penyakit. 

Apa Saja Faktor Yang Menyebabkan ISPA? 
1.     Rendahnya sistem imunitas pada anak beresiko pada infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Zinc merupakan salah satu komponen imunitas tubuh, maka dapat kita ketahui bahwa kadar zinc yang rendah juga berpengaruh pada rendahnya sistem imun yang dapat mengakibatkan ISPA. Kadar seng (zinc) rendah akan berpengaruh pada fungsi seng sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi imunitas tubuh. Seng diperlukan dalam aktifitas biologis tymulin, yaitu suatu hormon nonpeptida yang disekresi oleh sel-sel epitelia tymus yang berguna untuk pematangan limfosit T dan produksi interleukin-2. Defisiensi seng mengakibatkan terjadinya kerusakan epitel saluran nafas, mengganggu fungsi leukosit PMN, sel natural killer, dan aktivasi komplemen, sehingga memudahkan anak menderita ISPA. Sekitar 76,2 % anak yang menderita defiensi seng mengalami ISPA, dan beresiko dua kali lipat dibandingkan anak yang tidak mengalami defisiensi seng. (2).Hal tersebut dapat dicegah dengan mengkonsumsi suplemen zinc. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa mengkonsumsi suplemen harian 5 mg seng oksida (zinc) selama 12 bulan dapat menurunkan kejadian ISPA pada anak(3).
2.     Kejadian ISPA pada anak – anak juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok orang tuanya. Berdasarkan analisis dengan uji chi square untuk mengetahui korelasi hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada balita, dengan pengertian bahwa perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan balita ketika merokok sehingga balita menjadi perokok pasif , jumlah rokok yang dihabiskan dalam satu hari, lama kontak langsung antara balita dengan perokok, balita tinggal satu rumah dengan perokok atau tidak, banyaknya anggota keluarga yang merokok. Sedangkan kejadian ISPA pada balita merupakan terjadinya infeksi saluran pernafasan akut dengan tanda umum : batuk, pilek, demam, atau tanpa demam pada BALITA umur 0-5 tahun dengan nilai x = 47.845 dan p = 0,000 (<0,05). Dengan demikian ada hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada balita (4).
Tanda  Tanda Terinfeksi 

ISPA akan menimbulkan gejala yang terutama terjadi pada hidung dan paru-paru. Umunya, gejala ini muncul sebagai respons terhadap racun yang dikeluarkan oleh virus atau bakteri yang menempel di saluran pernapasan. Contoh-contoh gejala ISPA antara lain:
1.     Sering bersin
2.     Hidung tersumbat atau berair.
3.     Para-paru terasa terhambat.
4.     Batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit.
5.     Kerap merasa kelelahan dan timbul demam.
6.     Tubuh terasa sakit.
Apabila ISPA bertambah parah, gejala yang lebih serius akan muncul, seperti:
1.     Pusing
2.     Kesulitan bernapas.
3.     Demam tinggi dan menggigil.
4.     Tingkat oksigen dalam darah rendah.
5.     Kesadaran menurun dan bahkan pingsan.
Para orang tua biasanya membawa anak mereka ke puskesmas atau rumah sakit. Di puskesmas maupunrumah sakit, sebagian besar meresepkan antibiotik sebagai obat untuk masalah infeksi. Tak hanya di Indonesia, dinegara Italia, Eropa dan Amerika Serikat serta yang lainnya juga menggunakan antibiotik sebagai obat infeksi. Di Italia tingkat resep antibiotiksecara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, seperti Denmark atau Belanda. Pada tahun 2011, Italia termasuk di antara negara-negara Eropa dengantingkat resistensi antibiotik tertinggi untuk berbagai bakteri. Kampanye pendidikan yang mempromosikan penggunaan rasional antibiotik telah terbukti efektif dalam memperbaiki perilaku dokter(5).

Penggunaan Antibiotik
Berdasarkan rekapitulasi data telah dilakukan di salah satu puskesmas Kota Pekanbaru dari bulan Maret sampai Juni, ditemukan adanya ketidakrasionalan penggunaan antibiotik sebesar 33,7%. Penggunaan obat yang rasional mencakup beberapa kriteria (a) Tepat indikasi, adalah keputusan resep yang diberikan, didasarkan oleh alasan medis dan farmakoterapi sebagai alternatif pengobatan yang terbaik. (b) Tepat penderita, antibiotik harus diberikan kepada pasien yang tepat dengan resep yang tepat pula serta dengan diagnosis yang sesuai. Untuk ISPA non spesifik tidak akan bermanfaat dan dapat memperburuk kondisi pasien dengan terjadinya resistansi terhadap suatu jenis antibiotik. (c) Tepat obat, jenis antibiotik yang diberikan harus sesuai dengan penyakit ISPA yang dialaminya. (d) Tepat regimen meliputi dosis, frekuensi pemberian, rute pemberian dan lama pemberian.(e) Waspada efek samping(6).
DAFTAR PUSTAKA
1.     Parallel Pathogens in the Upper and Lower Respiratory Tracts in Children with a Respiratory Tract Infection, as Revealed by the Filmarry Assay. Lin, Yongping, et al. 11 - 15, Guangzhou : KeAi, 2017, Vol. I.
2.     Hubungan Kadar Seng dan vitamin A dengan Kejadian ISPA dan Diare pada Anak. Fedriyansyah, et al. 4, Palembang : Sari Pediatri, 2010, Vol. 12.
3.      Effect of zinc supplementation in the Prevention of Respiratory Tract Infections and Diarrheal Disesase in Colombian Children : A 12-month randomised controlled trial. . Estevez, Martinez, Guevara, Alvarez dan Martinez, Rodriguez. 368-375, Colombian : Elsevier Espana, 2016, Vol. 4.
4.     Hubungan Antara Perilaku Merokok Orang Tua dan Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen Tahun 2009. Winarni, Basirun, Ummah Al dan Salim, Safrudin Agus Nur. 1, Kebumen : Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 2010, Vol. IV.
5.     Rational use of antibiotics for the management of children’s respiratory tract infections in the ambulatory setting: an evidence-based consensus by the Italian Society of Preventive and Social Pediatrics. Chiappini, Elena, et al. 6, Italy : Elsevier, 2013.
6.      Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien ISPA Pada Salah Satu Puskesmas di Kota Pekanbaru. Muharni, Septi, Susanty, Adriani dan Tarigan, Eninta Roslian. 10 - 15, Pekanbaru : Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia, 2014, Vol. 1. 2320-187X.





Komentar